wanna be a writer and a famous pianist as soon as possible , I just wanna make them proud of me

Friday, August 22, 2014

Siapa?

Kalo di tanya sakit atau nggak, jawabannya "iya".
Siapa yang nggak sakit, saat kamu butuh sama orang, orangnya nggak ada, dan saat orang itu butuh kamu, kamu selalu ada.
Siapa yang nggak sakit, saat orang yang kamu anggap penting malah mengasingkan kamu.
Siapa yang nggak sakit, saat kamu menganggap tapi malah diacuhkan.
Siapa yang nggak sakit, ketika orang yang tadinya deket ketika dia belum memiliki apa yang menyenangkan buat dia, sekarang kayak ngebuang sampah sembarangan.
Siapa yang nggak sakit, ketika di jadiin tempat "pelarian".
Siapa yang nggak sakit, ketika di jadiin tempat "persinggahan"

Siapa yang nggak sakit? Siapa?
Manusia ini cuma sekadar manusia biasa. Yang bisa meledak seperti bom yang punya kekuatan ledakan terhebat.

Wednesday, August 13, 2014

Masih (akan)

Berusaha mencari inspirasi terkadang terlalu sulit.

Kamu terlalu jauh sudah. Terlalu susah tenggorokan ini untuk menahan jeritan namamu. Nama kamu sudah sangat jarang di terima oleh gendang telingaku.
Entah. Racun apa yang sudah kamu masukkan dalam tubuhku. Aku sudah terlalu kaku untuk bertemu denganmu. Jangankan untuk bicara, hanya sekadar tersenyum atau berjabat-tangan pun aku merasa canggung.
Kamu ingat tidak yang menjadi kebiasaan saat kecanggungan itu belum ada?
Apa kamu masih bisa mengingatnya? Atau.. Ingatanmu hanya tertuju pada apa yang ada dalam hidupmu sekarang? Yang baru menghampirimu itu? Iya? Baiklah. Tidak masalah buatku, hanya saja..aku takut kamu menghadapi keadaan dimana semuanya berbalik arah. Maksudku, karma memang tidak boleh kita yakini ada, tetapi, kebalikan untuk keadaan, masih berlaku 'kan? Faktapun begitu.
Pasti kamu berpikir aku jahat? Jahat karena aku seperti mendoakanmu untuk merasakan semua ini? Kamu salah besar. Walaupun kamu sekarang sudah tidak lagi dapat aku panggil, atau bahkan tidak lagi dapat menoleh ke arahku, aku tetap mendoakan semua yang terbaik buat kamu. Kalau yang terjadi adalah kamu menjadi aku di suatu saat, mungkin itu adalah hal terbaik.
Kedewasaan masih sangat di butuhkan, ternyata.
Dewasa dalam bersikap.
Dewasa dalam berpikir.

Aku tidak dapat berucap banyak jika aku berada tepat didepan kamu. Karena aku yang kamu kenal adalah seorang penulis yang sangat suka menulis dibandingkan berbicara. Bukankah itu julukan yang sering sekali kamu jadikan senjata untuk menjadi menyebalkan untukku?

Pertanyaan yang sangat ingin aku tanyakan langsung padamu adalah Apakah kamu sadar dengan semua kecanggungan yang ada sekarang ini? Apakah kamu ingin mengupas semua alasan dibalik semua itu? Apakah kamu ada sedikit niat untuk berusaha mencairkan semua kekakuan yang tercipta sekarang? Apakah kamu ada keinginan untuk mengembalikan semua kebiasaan yang sekarang menjadi satu kecanggungan?

Kamu tahu?
Aku masih (akan) tetap di tempat semula. Di tempat awal aku berdiri. Aku masih (akan) menjadi tempat yang siap kapan saja untuk kamu jadikan pelabuhan tangis yang mungkin akan kamu luapkan. Aku masih (akan) menjadi tempat singgah di saat kamu merasa kehilangan orang yang menghampirimu dalam waktu sesaat. Aku masih (akan) menjadi tempat yang seharusnya kamu cari saat kamu sudah sangat lelah dalam berjalan dan membutuhkan telinga untuk mendengar semua keluhan dalam setiap perjalananmu. Aku masih (akan) menjadi tempat yang menyimpan alat petunjuk arah yang siap kapan saja kamu perlukan.

Tuesday, August 5, 2014

Butuh

Gue gak tau tiba-tiba gue terus kecanduan buat nulis.
Dan sekarang objek yang jadi sasaran adalah dia yang emang selalu gue tulis.

Ah sudahlah, semuanya udah berubah sekarang.
Banyak hal yang dia lakuin, banyak hal juga yang gue liat yang bikin gue punya pikiran sebodoh ini.

Gue gak ngerti zaman sekarang pertemanan itu seperti apa? Eh, bukan pertemanan, tapi juga persahabatan.

Persahabatan itu apa sih?
Dua orang yang selalu berbagi?
Yang selalu saling dengar cerita?
Yang tau semua cerita?
Yang selalu ada?

Oh no, gue rasa semua orang bisa ngelakuin semua hal itu dan apakah itu benar-benar bisa disebut sahabat???

Opini gue, sahabat itu orang yang selalu jujur, yang nampar lo ketika ko berbuat salah, dia nggak bakalan ragu buat ngedorong lo, nampar lo sekeras apapun itu karena yang dia mau adalah lo berubah! Lo berubah jadi yang terbaik di mata orang. Sesulit apapun itu dia bakalan usaha banget buat bikin lo sadar lo salah, bikin lo ngeubah satu kebiasaan buruk lo, ngebaikin semua sikap jelek lo dan walaupun semua itu emng udah melekat di dalam diri lo tapi dia tetep yakin bahwa lo harus dan bisa untuk berubah! Bukan malah dia yang takut buat ngomog ke lo karena dia takut lo kepancingg emosi. Bukan malah dia yang nutupin dan malah memperkeruh keadaan. Bukan malah dia yang bilang "rahasia" ketika lo nanya apa yang orang lain nilai tentang lo!

Gue kecewa.
Gue marah.
Gue kesal.
Tapi apa yang harus gue lakuin? Nggak ada!

Jujur, gue benar-benar kecewa sama apa yang dia lakuin. Gue mau marah cuma gue bisa apa? Yang ada sekarang keadaan sama sekali sulit buat gue ngertiin.
Tapi yang gue sadar, ini petunjuk dari apa yang gue minta dari Allah. Sekarang gue tau yang selama ini gue lakuin yang udah gue anggap patut buat di lakuin oleh seorang sahabat itu salah besar, gue salah langkah, gue bodoh nganggap orang yang sama sekali belum tentu punya pikiran yang sama.

Gue butuh orang yang bisa ngerubah gue. Gue butuh orang yang bisa buat gue berkembang. Gue butuh orang yang bisa ngebuat gue jalan di jalan yang benar. Gue butuh orang yang nguatin gue. Gue butuh orang yang bikin gue sadar bahwa semua yang gue lakuin sekarang dan apa yang gue lakuin yang menurut gue itu baik atau terbaik belum tentu jadi yang baik dan yang terbaik di mata orang lain.

Buat lo !

Malam ini gue mau sedikit ngelakuin senam jempol buat salah satu orang yang jadi alasan gue ngelakuin satu perubahan dalam hidup gue.

Dia datang ke hidup gue beberapa tahun silam. Tapi, kehadiran dia di hidup gue baru gue rasain di beberapa bulan yang lalu.

Kita deket. Jadi deket banget lebih tepatnya bisa di bilang gitu. Dia nyoba buat jadi sandaran gue. Awalnya gue ragu, gue terus bertanya-tanya kenapa begitu mendadak banget buat gue dapetin orang ini. Gue sama dia sekarang temenan mungkin terlalu cepat buat gue manggil dia sebagai sahabat gue karena gue sama sekali belum ngelakuin sesuatu hal yang sepatutnya di lakuin oleh seorang sahabat.

Dia orang yang jadi alasan gue kesel, tapi dia juga yang jadi alasan gue buat selalu berpikir dewasa, yang ngebuat gue mandang masalah bukan hanya dari satu sisi, yang ngebuat gue sadar kalo gue cuma makhluk bodoh makhluk yang sangat biasa untun melakukan satu hal yang gue yakini gue bisa. Dia ngajarin gue kalo masih banyak di luar sana orang yang lebih dari apa yang gue alamin. Dia ngajarin gue bersikap; apa yang orang sukai dan apa yang orang benci. Bahkan orang lain bertanya-tanya apa yang sebenernya terjadi sama gue, kenapa gue bisa nunjukin satu perubahan kecil. Karena mereka yang kaget sama hal itu adalah mereka yang sama sekali belum pernah nyoba buat ngerubah gue. Gue tau, gue punya beberapa orang hebat, tapi semuanya belum pernah nampar gue sekeras tamparannya dia. Dia yang bikin gue lebih memaknai hidup, dia yang bikin gue gak peduli apa-kata-orang tentang gue di luar sana yang sama sekali belum pernah kontak mata ataupun kontak suara sama gue, dia yang bikin gue lebih dekat dengan sang maha segalanya. Dia yang nyadarin gue betapa sebentarnya hidup ini. Dia yang ngajarin gue masih banyak sisi positif yang harus gue syukuri dan dia yang selalu nyadarin gue bahwa gue cuma sekadar makhluk tolol yang selalu berpikiran jauh yang bahkan hal itu yang bikin gue down. Dia bukan orang yang selalu di samping gue tapi dia yang selalu "ngeliat" gue, dia yang selalu "tau" apa yang gue alamin, dia yang "ngebiarin" gue untuk bertindak sendiri, tapi dia yang selalu "terlihat" ketika gue memang sangat membutuhkan sosok itu.

Buat lo yang sadar sama kalimat gue ini. Buat lo yang patut banget ngerasain bahwa semua objek ini adalah lo.. Gue cuma mau minta maaf. Maafin gue yang sampai sekarang belum bisa berbuat banyak sebanyak yang lo lakuin buat gue. Maafin gue yang cuma bisa jadi pendengar. Maafin gue yang pemarah ketika lo gak pernah mau dengerin gue. Maafin gue yang selalu nyebelin lo. Maafin gue yang pernah mikir negatif tentang apa yang lo lakuin. Maafin gue yang selalu keras kepala yang terkadang susah nurutin apa yang lo nasehatin.

Yang gue tau, gue beruntung pernah kenal sama lo sampai sekarang. Yang gue tau, gue bersyukur karena gue di temuin sama lo yang sudah sangat berhasil bikin gue berpikir keras untuk ngelakuin banyak perubahan. Yang gue tau, lo selalu ngelakuin yang terbaik buat gue.

Makasih. Makasih banyak atas semua yang udah lo lakuin buat gue. Terutama Allah, beribu terimakasih buat Mu ya Allah ya Robb.

Semoga tulisan ini di mengerti.
Semoga gue sama lo bakalan tetep jadi apa yang kita bentuk sekarang.
Semoga gue sama lo emang di takdirkan buat jadi apa yang disebut 'sahabat'.
Semoga lo emang di takdirin buat jadi salah satu sahabat gue.
Semoga lo emang tulus ngelakuin semua ini.
Dan semoga lo nggak akan pernah lelah, letih, dan bosan untuk menjadi sesuatu yang berarti di hidup gue.

Sunday, August 3, 2014

Realita Persahabatan

Gue pernah baca di salah satu novel terbitan favorite gue, disana ditulis kalo yang namanya sahabat itu ada di saat apapun yang terjadi di dunia sahabatnya, sahabat itu selalu setia melebihi lelaki yang teramat sangat kita cintai, sahabat itu bisa di bilang segalanya, yang selalu peduli, yang selalu merhatiin gimana sahabatnya..

Tapi malam ini terlintas dipikiran gue, tulisan itu emang cuma sekadar tulisan. Gak nyata. Gak realita. Karena mayoritas yang kejadian malah misalnya, si A menganggap si B itu adalah sahabatnya, ngelakuin semua yang terbaik buat si B, peduli, selalu ada saat si B susah, selalu ada kapanpun dan dimanapun buat si B, tapi ada kalanya si A sadar, kalo setiap apa yang dilakuin si B untuk si A itu semata-mata cuma sekadar ngebales jasanya si A. Realita banget kan? Emang. Si A nganggap si B sahabat, tapi si B nganggap si A cuma sekadar teman yang baik. Teman yang baik lho..bukan teman terbaik..

Ada lagi, si C emang sahabatan sama si D. Si D juga nganggap si C sahabatnya. Mereka sahabatan bener-bener kayak sahabat sejati. Sedih susah seneng bareng. Bodoh bareng. Pinter bareng. Ngelakuin kesalahan pun bareng. Semua yang di lakuin bareng. Cerita? Gak perlu ada tanda tanya mereka saling cerita. Tanpa ada kata maaf, mereka saling maafin. Berantem udah jadi makanan sehari-hari mereka, cuma gak pernah ada satu alasan dan satu hal pun yang ngebuat mereka jauh, mereka jenuh sahabatan, ataupun ngebuat mereka musuhan. Gak ada. Dan mereka yakini gak bakalan ada masa itu. Masalahnya dimana? Masalahnya disini, ketika mereka yakin gak ada masa itu, masa dimana mereka jauh, masa dimana mereka saling tidak mengenal. Itu letak masalah yang paling fatal untuk persahabatan mereka. Masa itu datang lewat hadirnya si E. Si E ini adalah Lelaki yang sudah resmi jadi pacarnya si D. Banyak persahabatan yang runtuh karna adanya relationship dari salah satu anggota persahabatan. Bukan. Bukan salah si E. Tapi justru si C sangat berterimakasih dengan si E, karena berkat datangnya si E, si C mulai sadar gimana bentuk si D. Si D yang mulai ngelupain, si D yang sudah keliatan gak butuh si C sebagai sahabatnya lagi, si D yang udah bener-bener seperti gak terlihat oleh si C. Sakit? Bisa dibilang gitu..

Bahkan ada satu contoh realita kehidupan persahabatan, misalnya gini, si A B C D sahabatan, bisa dihitung persahabatan mereka udah lama banget, gak ada cerita yang di tutupin, bahkan masalah keluarga sekalipun, mereka saling tau, apalagi masalah lelaki.. Ada satu kejadian, si A cinta mati sama si E, dan cerita itu udah jadi makanan tiap mereka kumpul. Gak pernah sekalipun si A gak nyeritain gimana dia malu, gimana dia seneng, gimana dia bahagia kalo ngeliat muka-nya si E. Si A mati-matian ngedeketin si E ampe akhirnya si D nawarin diri buat jadi penengah, alias makcomblang di antara si A dan si E. Singkat cerita, berbulan-bulan si A ngedeketin si E, berbulan-bulan itu juga hasilnya tetep nihil..mereka sama sekali belum jadian tapi si A makin penasaran dan makin cinta. Puncak masalahnya adalah si D terlibat cinta lokasi sama si E. Dan begitupun si E. Si E jadian sama si D. Gimana si A? Gimana si B dan C? Hancur. Persahabatan mereka udah gak sehat. Udah gak seharmonis dulu. Masih sahabatan? Tentu masih. Cuma ada beberapa hal yang sudah menjadi kebiasaan tapi berubah menjadi hal yang gak bakalan lagi terjadi.

Itukah sahabat? Itukah yang dibilang sahabat setia? Sahabat selalu ada? Semuanya tergantung kita yang ngejalanin. Jangan terlalu cepat menganggap. Jangan terlalu ngegunain perasaan dan hati kalo udah terjun di dunia sosial. Di dunia pertemanan. Perbanyak doa biar semua Allah yang nunjukin asal kita berusaha buat mencari yang sebenarnya..

I just wanna say thanks for my beloved friend; monica dan muhammad nasir; manusia memang tidak ada yang sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Mereka, 2 manusia di antara beribu manusia itu. Mereka pernah ngelakuin salah, salah besar malah tapi mereka gak pernah mau "mengganti" posisi sahabatnya. Mereka pernah terjebak relationship, tapi mereka tetap nunjukin ke gue kalo kita adalah manusia sosial yang saling butuh. Gue pernah ngerasain benci yang gak sepatutnya gue rasain buat mereka. Benci karena mereka ngelakuin salah besar itu, tapi mereka justru yang ngasih jalan keluar; jujur. Jujur adalah jalan keluar untuk masalah. Ngeluarin apa yang di rasain. Semuanya lega. Semuanya berakhir. Dan kami, kami bersahabat tanpa rahasia sekecil apapun. Itulah persahabatan.
Persahabatan yang benar-benar "persahabatan" adalah yang dilakukan tanpa rahasia.